Home » » Cerita Seks Ngentot Ibu Mertuaku

Cerita Seks Ngentot Ibu Mertuaku


Sebuah kisah dewasa atau cerita seks seorang menantu yang berhubungan seks atau ngentot dengan ibu mertuanya, sang ibu dari isterinya dan si ibu mertua pun menikmati skandal seks dengan menantunya tersebut. Sudah dua tahun ini aku menikah dengan Vanny, dia seorang model iklan dan enam bulan lalu, dia menjadi seorang bintang sinetron, sementara aku sendiri adalah seorang wiraswasta di bidang pompa bensin. Usiaku kini 28 tahun, sedangkan Vanny usia 20 tahun. Vanny seorang yang cantik dengan kulit yang putih bersih mungkin karena keturunan dari ibunya. Aku pun bangga mempunyai istri secantik dia. Ibunya Vanny, mertuaku, sebut saja Mama Mira, orangnya pun cantik walau usianya sudah 34-tahun. Mama Mira merupakan istri kedua dari seorang pejabat negara ini, karena istri kedua jadi suaminya jarang ada di rumah, paling-paling sebulan sekali. Sehingga Mama Mira bersibuk diri dengan berjualan berlian.
Aku tinggal bersama istriku di rumah ibunya, walau aku sndiri punya rumah tapi karena menurut istriku, ibunya sering kesepian maka aku tinggal di “Pondok Mertua Indah”. Aku yang sibuk sekali dengan bisnisku, sementara Mama Mira juga sibuk, kami jadi kurang banyak berkomunikasi tapi sejak istriku jadi bintang sinetron 6 bulan lalu, aku dan Mama Mira jadi semakin akrab malahan kami sekarang sering melakukan hubungan suami istri, inilah ceritanya.
Sejak istriku sibuk syuting sinetron, dia banyak pergi keluar kota, otomatis aku dan mertuaku sering berdua di rumah, karena memang kami tidak punya pembantu. Tiga bulan lalu, ketika istriku pergi ke surabaya, setelah kuantar istriku ke bandara, aku mampir ke rumah pribadiku dan baru kembali ke rumah mertuaku kira-kira jam 11.00 malam. Ketika aku masuk ke rumah aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia sedang menonton TV di ruang keluarga.
“Eh, Mama.. belum tidur..”
“Belum, Gus.. saya takut tidur kalau di rumah belum ada orang..”
“Oh, Maaf Ma, saya tadi mampir ke rumah dulu.. jadi agak telat..”
“Vanny.. pulangnya kapan?”
“Ya.. kira-kira hari Rabu, Ma.. Oh.. sudah malam Ma, saya tidur dulu..”
“Ok.. Gus, selamat tidur..”
Kutinggal Mama Mira yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, lalu tidur. Keesokannya, Sabtu Pagi ketika aku terbangun dan menuju ke kamar makan kulihat Mama Mira sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng, makanan favoritku.
“Selamat Pagi, Gus..”
“Pagi.. Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya.”
“Kamu hari ini mau kemana Gus?”
“Tidak kemana-mana, Ma.. paling cuci mobil..”
“Bisa antar Mama, Mama mau antar pesanan berlian.”
“Ok.. Ma..”
Hari itu aku menemani Mama Mira pergi antar pesanan dimana kami pergi dari jam 09.00 sampai jam 08.00 malam. Selama perjalanan, Mama Mira menceritakan bahwa dia merasa kesepian sejak Vanny makin sibuk dengan dirinya sendiri dimana suaminya pun jarang datang, untungnya ada diriku walaupun baru malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku jadi akrab dengan Mama Mira.
Sampai di rumah setelah berpergian seharian dan setelah mandi, aku dan Mama Mira nonton TV bersama-sama, dia mengenakan baju tidur modelnya baju handuk sedangkan aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Tiba-tiba Mama Mira menyuruhku untuk memijat dirinya.
“Gus, kamu capek nggak, tolong pijatin leher Mama yach.. habis pegal banget nih..”
“Dimana Ma?”
“Sini.. Leher dan punggung Mama..”
Aku lalu berdiri sementara Mama Mira duduk di sofa, aku mulai memijat lehernya, pada awalnya perasaanku biasa tapi lama-lama aku terangsang juga ketika kulit lehernya yang putih bersih dan mulus kupijat dengan lembut terutama ketika kerah baju tidurnya diturunkan makin ke bawah dimana rupanya Mama Mira tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup menantang terintip dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang sangat menusuk hidungku.
“Maaf, Ma.. punggung Mama juga dipijat..”
“Iya.. di situ juga pegal..”
Dengan rasa sungkan tanganku makin merasuk ke punggungnya sehingga nafasku mengenai lehernya yang putih, bersih dan mulus serta berbulu halus. Tiba-tiba Mama Mira berpaling ke arahku dan mencium bibirku dengan bibirnya yang mungil nan lembut, rupanya Mama Mira juga sudah mulai terangsang. “Gus, Mama kesepian.. Mama membutuhkanmu..” Aku tidak menjawab karena Mama memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami bertautan. Tanganku yang ada di punggungnya ditarik ke arah payudaranya sehingga putingnya dan payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku. Hal ini membuatku semakin terangsang, dan aku lalu merubah posisiku, dari belakang sofa, aku sekarang berhadapan dengan Mama Mira yang telah meloloskan bajunya sehingga payudaranya terlihat jelas olehku.
Aku tertegun, rupanya tubuh Mama Mira lebih bagus dari milik anaknya sendiri, istriku. Aku baru pertama kali ini melihat tubuh ibu mertuaku yang toples.
“Gus, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian..”
“iya.. iya.. iya Mah,”
Ditariknya tanganku sehingga aku terjatuh di atas tubuhnya, lalu bibirku dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya dengan memasukkan lidahku ke mulutnya. Lidahku disedot di dalam mulutnya. Tanganku mulai bergerilya pada payudaranya. Payudaranya yang berukuran 36B sudah kuremas-remas, putingnya kupelintir yang membuat Mama Mira menggoyangkan tubuhnya karena keenakan. Tangannya yang mungil memegang batangku yang masih ada di balilk celana pendekku. Diusap-usapnya hingga batangku mulai mengeras dan celana pendekku mulai diturunkan sedikit, setelah itu tangannya mulai mengorek di balik celana dalamku sehingga tersentuhlah kepala batangku dengan tangannya yang lembut yang membuatku gelisah.
Keringat kami mulai bercucuran, payudaranya sudah tidak terpegang lagi tanganku tapi mulutku sudah mulai menari-nari di payudaranya, putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot sehingga Mama Mira kelojotan, sementara batangku sudah dikocok oleh tangannya sehingga makin mengeras. Tanganku mulai meraba-raba celana dalamnya, dari sela-sela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang berbulu lebat. Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang membuat dirinya makin mengelinjang dan makin mempercepat kocokan tangannya pada batangku.
Hampir 10 menit lamanya setelah vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar dengan berbau harum, kulepaskan tanganku dari vaginanya dan Mama Mira melepaskan tangannya dari batangku yang sudah keras. Mama Mira lalu berdiri di hadapanku, dilepaskannya baju tidurnya dan celana dalamnya sehingga aku melihatnya dengan jelas tubuh Mama Mira yang bugil dimana tubuhnya sangat indah dengan tubuh tinggi 167 cm, payudara berukuran 36B dan vagina yang berbentuk huruf V dengan berbulu lebat, membuatku menahan ludah ketika memandanginya.
“Gus, ayo.. puasin Mama..”
“Ma.. tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Vanny...”
“Ah.. masa sih..”
“Iya, Ma.. kalau tau dari 2 tahun lalu, mungkin Mamalah yang saya nikahi..”
“Ah.. kamu bisa aja Gus...”
“Iya.. Ma.. bener deh..”
“Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang..”
“Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama..”
Mama lalu duduk lagi, celana dalamku diturunkan sehingga batangku sudah dalam genggamannya, walau tidak terpegang semua karena batangku yang besar tapi tangannya yang lembut sangat mengasyikan.
“Gus, batangmu besar sekali, pasti Virni puas yach.”
“Ah.. nggak. Vanny... biasa aja Ma...”
“Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yach..”
“Ok... Mah....”
Mulut mungil Mama Mira sudah menyentuh kepala batangku, dijilatnya dengan lembut, rasa lidahnya membuat diriku kelojotan, kepalanya kuusap dengan lembut. Batangku mulai dijilatnya sampai biji pelirku, Mama Mira mencoba memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tapi tidak bisa, akhirnya hanya bisa masuk kepala batangku saja dalam mulutnya.
Hal ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Mira menyentuh batangku dengan lembut. Hampir 15 menit lamanya batangku dihisap membuatnya agak basah oleh ludah Mama Mira yang sudah tampak kelelahan menjilat batangku dan membuatku semakin mengguncang keenakan. Setelah itu Mama Mira duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di hadapannya. Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku. Vagina Mama Mira terpampang di hadapanku dengan jarak sekitar 50 cm dari wajahku, tapi bau harum menyegarkan vaginanya menusuk hidungku.
“Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yach.”
“Ah, masa sih Gus, wangi mana dibanding punya Vanny dari punya Mama.”
“Jelas lebih wangi punya mama dong..”
“Aaakkhh..”
Vagina Mama Mira telah kusentuh dengan lidahku. Kujilat lembut liang vagina Mama Mira, vagina Mama Mira rasanya sangat menyegarkan dan manis membuatku makin menjadi-jadi memberi jilatan pada vaginanya.
“Ma, vagina.. Mama sedap sekali.. rasanya segar..”
“Iyaah.. Gus, terus.. Gus.. Mama baru kali ini vaginanya dijilatin.. ohh.. terus.. sayang..”
Vagina itu makin kutusuk dengan lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang rasanya juga sangat legit dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam vaginanya, biji klitorisnya kujepit di lidahku lalu kuhisap sarinya yang membuat Mama Mira menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan ke kiri di atas sofa seperti cacing kepanasan. “Ahh.. ahh.. oghh oghh.. awww.. argh.. arghh.. lidahmu Gus... agh, eena.. enakkhh.. aahh.. trus.. trus..” Klitoris Mama Mira yang manis sudah habis kusedot sampai berulang-ulang, tubuh Mama Mira sampai terpelintir di atas sofa, hal itu kulakukan hampir 30 menit dan dari vaginanya sudah mengeluarkan cairan putih bening kental dan rasanya manis juga, cairan itupun dengan cepat kuhisap dan kujilat sampai habis sehingga tidak ada sisa baik di vaginanya maupun paha mama Mona.
“Ahg.. agh.. Gus... argh.. akh.. akhu.. keluar.. nih.. ka.. kamu.. hebat dech..” Mama Mira langsung ambruk di atas sofa dengan lemas tak berdaya, sementara aku yang merasa segar setelah menelan cairan vagina Mama Mira, langsung berdiri dan dengan cepat kutempelkan batang kemaluanku yang dari 30 menit lalu sudah tegang dan keras tepat pada liang vagina Mama Mira yang sudah kering dari cairan. Mama Mira melebarkan kakinya sehingga memudahkanku menekan batangku ke dalam vaginanya, tapi yang aku rasakan liang vagina Mama Mira terasa sempit, aku pun keheranan.
“Ma.. vagina Mama koq sempit yach.. kayak vagina anak gadis.”
“Kenapa memangnya Gus, nggak enak yach..”
“Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya senang Ma, karena vagina Vanny sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yach?”
“Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, vaginanya harus Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang nusuk..”
“Iya Ma, saya senang bisa menusukkan batang saya ke vagina Mama yang sedaap ini..”
“Akhh.. batangmu besar sekali..”
Vagina Mama Mira sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya 5 cm dan panjangnya 28 cm, setelah 6 kali kuberikan tekanan.
Pinggulku kugerakan maju-mundur menekan vagina Mama Mira yang sudah tertusuk oleh batangku, Mama Mira hanya bisa menahan rasa sakit yang enak dengan memejamkan mata dan melenguh kenikmatan, badannya digoyangkan membuatku semakin semangat menggenjotnya hingga sampai semua batangku masuk ke vaginanya. “Gus... nggehh.. ngghh.. batangmu menusuk sampai ke perut.. nich.. agghh.. agghh.. aahh.. eenaakkhh..” Aku pun merasa keheranan karena pada saat masukkan batangku ke vaginanya Mama Mira terasa sempit, tapi sekarang bisa sampai tembus ke perutnya. Payudara Mama Mira yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih dihiasi puting kecil kemerahan sudah kuterkam dengan mulutku. Payudara itu sudah kuhisap, kujilat, kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras seperti batu kerikil dan Mama Mira belingsatan, tangannya membekap kepalaku di payudaranya sedangkan vaginanya terhujam keras oleh batangku selama hampir 1 jam lamanya yang tiba-tiba Mama Mira berteriak dengan lenguhan karena cairan telah keluar dari vaginanya membasahi batangku yang masih di dalam vaginanya, saking banyaknya cairan itu sampai membasahi pahanya dan pahaku hingga berasa lengket.
“Arrgghh.. argghh.. aakkhh.. Mama.... keluar nich Gus.... kamu belum yach..?” Aku tidak menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang dan sekarang posisi menungging dimana batangku masih tertancap dengan kerasnya di dalam vagina Mama Mira, sedangkan dia sudah lemas tak berdaya. Kuhujam vagina Mama Mira berkali-kali sementara Mama Mira yang sudah lemas seakan tidak bergerak menerima hujaman batangku, Payudaranya kutangkap dari belakang dan kuremas-remas, punggungnya kujilat. Hal ini kulakukan sampai 1 jam kemudian di saat Mama Mira meledak lagi mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya, sedangkan aku mencapai puncak juga dimana cairanku kubuang dalam vagina Mama Mira hingga banjir ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar. “Akhh.. akh.. Ma, Vagina Mama luar biasa sekali....” Aku pun ambruk setelah hampir 2,5 jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku, yang memang nikmat, meniban tubuh Mama Mira yang sudah lemas lebih dulu.
Aku dan Mama terbangun sekitar jam 12.30 malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama Mira, setelah terbaring di sebelah Mama dimana kami masih sama-sama bugil karena baju kami ada di sofa, Mama Mira memelukku dan mencium pipiku.
“Gus, Mama benar-benar puas dech, Mama pingin kapan-kapan coba lagi batangmu yach, boleh khan..”
“Boleh Ma, saya pun juga puas bisa mencoba vagina Mama dan sekarangpun yang saya inginkan setiap malam bisa tidur sama Mama jika Vanny nggak pulang.”
“Iya, Gus... kamu mau ngeloni Mama kalau Vanny pergi?”
“Iya Ma, vagina Mama nikmat sich.”
“Air manimu hangat sekali Gus, terasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama.”
“Kita Main lagi Ma....?”
“Iya boleh....”
Kami pun bermain dalam nafsu birahi lagi di tempat tidur Mama hingga menjelang ayam berkokok baru kami tidur. Mulai hari itu aku selalu tidur di kamar Mama jika istriku ada syuting di luar kota dan ini berlangsung sampai sekarang. TAMAT



Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Poker | Agen Bola | Domino
Copyright © 2014. Kisah Dunia Maya - All Rights Reserved
Template Modify by Sanny Huang
Proudly powered by Forumbet